Senin, 01 Oktober 2012

UJIAN EKONOMI DALAM RUMAH TANGGA





Beberapa hari yang lalu, saya kedatangan seorang sahabat yang menjadi client saya. Dia menuturkan kesempitan ekonomi yang tengah mendera dalam rumah tangga yang telah dibangunnya 3 tahun yang lalu.

“Ujian seperti ini sudah sering menghiasi hidupku”, dia memulai pembicaraan. “Entah sampai kapan, terkadang aku menagih janji Allah SWT bahwa dengan menikah, Allah akan mengkayakan kita”. Imbuhnya

***

Maka, ketika himpitan ekonomi mulai mendera, memusingkan kepala, meresahkan jiwa hingga membuat kita tak berdaya. Cobalah awali dengan membuka mushaf Al-Qur’an yang mulia. Masyaalloh, di sana akan kita jumpai betapa semua itu adalah ujian dari Allah SWT, Dia lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Karena boleh jadi yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah SWT.

Dalam surat Al-Ankabut:52 dijelaskan bahwa

Allah melapangkan rezeki bagi orang yang Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya. Dan Dia pula yang membatasi baginya, sungguh Allah Maha Mengetahui Segala Sesuatu.

Mungkin kita akan bertanya, bukankah kekafiran itu dapat mendorong pada kekufuran?

Apakah memang seperti ini jalannya? Kehidupan orang dewasa penuh dengan liku.  Sungguh mengherankan kita ini, terkadang hanya masalah sepele bahkan sangat remeh karena hanya sebatas tak punya uang untuk ini dan itu

Untuk bayar wisuda

Untuk penjilidan skripsi

Untuk bayar hutang

Untuk ngontrak rumah

Untuk registrasi kuliah

Untuk bayar KKN dan PPL

Untuk silaturahim ke keluarga di kampung halaman

Untuk sedekah

Untuk beli baju anak

Untuk ini dan itu yang tak berujung

Semuanya kebutuhan ataukah keinginan? Semuanya penting, namun ada yang jauh lebih penting yang kadang kurang kita syukuri adanya.

Lalu APA?

Kesehatan..

Ya, kesehatan fisikmu yang sempurna. Karena dirimu tak perlu mengeluarkan biaya operasi. Sedang di rumah sakit sana, ada banyak yang menderita bahkan untuk mengecap sesuap makanan pun tak mampu.

Di luar sana masih banyak orang-orang yang tidak bisa makan, mereka kelaparan di jalan-jalan memungut sisa-sisa makanan.

Di luar sana masih banyak wanita-wanita yang belum mendapatkan jodoh. Dan jodoh adalah salah satu bentuk rizki dari Allah SWT yang begitu besar. Banyak wanita-wanita yang menangis dalam sujud panjangnya di akhir malam bermunajad agar dipertemukan dengan belahan jiwanya yang entah dimana, mereka belum tau.

Di luar sana ada banyak pasangan yang berobat kemana-mana hanya untuk memperoleh keturunan. Mereka rela menghabiskan jutaan rupiah perbulan hanya untuk terapi. Tujuannya satu, ingin menimang anak.

Di luar sana masih banyak Ibu-ibu yang tak bisa membiayai kesehatan anaknya yang semakin memburuk saja. Mereka rela meminta-minta merendahkan kehormatan dirinya di jalan-jalan, di pasar-pasar menggendong seorang anak yang menderita tumor di kepalanya.

Di luar sana masih banyak yang tidak memiliki rumah. Mereka bernaung di kolong jembatan. Menahan teriknya panas dan dinginnya hujan, gelapnya malam tanpa listrik. Tujuannya satu, hanya ingin bertahan hidup.

Di luar sana masih banyak yang tak punya pekerjaan. Mereka mengapit stopmap surat lamaran kerja dan curiculum vitae di dalamnya, berjalan dari satu perusahaan ke perusahaan lain, dari satu toko ke toko lain. Tujuannya satu, ingin memperoleh pekerjaan.

Lalu tidakkah kita bersyukur dengan semua yang kita miliki?

Dengan fisik yang lengkap

Paras yang cantik

Suami yang baik

Putri yang menyejukkan jiwa

Keluarga yang peduli

Banyak sahabat yang menyayangi

Dengan makanan yang kita kecap hari ini

Dengan pekerjaan yang kita miliki

Dengan rumah yang kita tinggali

Dengan ilmu yang kita punyai

Dengan banyaknya kesempatan untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari

Ingatlah, bahwa Allah Maha Mengetahui Segala Sesuatu. Benarlah bahwa hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.

Alhamdulillahirobbil ‘Alamiin. Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar